Perjalanan Legendaris PO ALS: Menghubungkan Nusantara Selama Lebih dari Lima Dekade

Bus PO ALS sedang beroperasi di jalanan Sumatera, menghubungkan berbagai kota dari Medan hingga Jember dengan semboyan cepat, aman, lancar, dan sopan.

Bus ALS sedang melintas. [Foto: Instagram]

Sumbarkita.com - PO Antar Lintas Sumatera (PO ALS) telah menjadi salah satu perusahaan otobus legendaris di Indonesia yang telah menghubungkan Pulau Sumatera hingga ujung Pulau Jawa selama lebih dari lima dekade. Didirikan pada 29 September 1966, PO ALS menjadi pionir transportasi darat yang mengawali perjalanan dari Kotanopan hingga ke Jember, bahkan sempat menjangkau Madura.

Cikal Bakal PO ALS: Dari Pedagang Hasil Bumi hingga Pionir Transportasi

Dalam sebuah wawancara di PerpalZ TV, Direktur Utama PT ALS Efrizal Nursewan, Komisaris Utama Sahrul Nasution, dan Komisaris Indra Lubis bercerita panjang tentang sejarah PO ALS.

PO ALS didirikan oleh tujuh orang saudagar dari Kotanopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Di antaranya adalah Sakti Lubis yang dikenal sebagai pemimpin utama beserta rekan-rekannya seperti Nursewan (ayah dari Efrizal Nursewan), Jazbaat Bagja Santi, Jago Lembang (almarhum), Muhammad Arif, Muhammad Hariri Lubis, dan Anafiah.

"Awalnya, mereka adalah saudagar-saudagar dari desa Kotanopan. Mereka dulunya berdagang hasil hutan dan hasil bumi lainnya. Kemudian, mereka memiliki truk untuk mengangkut barang dagangan mereka," jelas Indra Lubis dikutip Kamis (8/5/2025).

Para pendiri ini, yang awalnya memiliki bisnis individual, akhirnya bersepakat untuk membentuk usaha angkutan penumpang. Dengan semangat kekeluargaan dan visi yang jauh ke depan, mereka mendirikan PT ALS yang secara resmi disahkan oleh notaris Marasutan Nasution pada 29 September 1966.

"Kenapa namanya Antar Lintas Sumatera? Karena dari awal, orang tua kita sudah memikirkan untuk menyambung seluruh Nusantara. Dari awal, para pendiri berjuang tanpa rasa cemas dan takut," ungkap Efrizal Nursewan dengan bangga.

Menerobos Medan Berat Demi Menghubungkan Pulau

Pada masa-masa awal, PO ALS mengoperasikan rute dari Kotanopan ke Medan, kemudian berkembang ke Bukittinggi yang merupakan persimpangan strategis dari dan menuju berbagai kota penting di Sumatera. Dari sana, jaringan trayek PO ALS meluas ke Pekanbaru, Jambi, Palembang, dan akhirnya mencapai Lampung.

Yang mengagumkan, pada era tersebut kondisi infrastruktur jalan masih sangat memprihatinkan. "Dulu jalan masih berlumpur dan lubangnya sebesar mobil. Terutama jalan antara Panti Rawa ke Panti, lubangnya kalau masuk bisa hilang mobil," kenang Sahrul Nasution.

Perjalanan dari Medan ke Lampung pada waktu itu membutuhkan waktu hingga tujuh hari. Bus-bus PO ALS harus melewati rute panjang via Bukittinggi, Singkarak, Linggau, hingga Tanjung Enim, karena jalur Lintas Timur Sumatera belum ada seperti sekarang.

"Di tengah kondisi sulit itu, para pendiri ALS beserta para awak bus berjuang keras. Mereka adalah pahlawan tanpa jasa," tambah Indra Lubis dengan penuh penghargaan.

Masuk ke Jawa: Merealisasikan Visi Besar

Impian para pendiri PO ALS untuk menghubungkan Sumatera dengan Jawa akhirnya terwujud pada era 1980-an, ketika pemerintah membuka program migrasi dan transportasi antar pulau. PO ALS mulai membuka trayek ke Pulau Jawa melalui penyeberangan dari Merak ke Bakauheni.

"Para pendiri sudah berpikir sampai ke ujung Pulau Sumatera, hingga akhirnya bisa sampai ke Jawa. Mereka membuka rute hingga Solo, Yogyakarta, bahkan sampai Jember dan Madura," jelas Efrizal.

Yang menarik, pada masa itu sistem operasi masih konvensional. Bus-bus dari Sumatera hanya sampai Merak, lalu penumpang diseberangkan ke Bakauheni menggunakan kapal, dan disambut oleh bus ALS lainnya yang sudah siap di Jawa untuk melanjutkan perjalanan.

"Di Jawa, walaupun mobilnya tidak sampai, agen-agennya ada. Orangnya dibawa sampai Merak, diseberangkan pakai kapal ke Bakauheni, disambut oleh ALS, lalu dibawa sesuai trayek yang dituju. Konsep yang luar biasa untuk zaman itu," ungkap Sahrul.

Nilai-Nilai yang Dipertahankan: Kejujuran, Kekeluargaan, dan Tanggung Jawab Sosial

PO ALS dibangun dengan fondasi nilai-nilai yang kuat dan masih dipertahankan hingga kini. Di antaranya adalah saling percaya, kejujuran, semangat kekeluargaan, dan kepedulian sosial.

"Sifat kekeluargaan mereka sangat erat. Satu sama lain saling percaya, tidak memikirkan 'nanti habis ini dibikin apa'. Di kami dulu, waktu masih kecil-kecil di kampung, apa yang perlu, kalau mobil ALS lewat, ambil saja di rumah. Tidak ada hitungan duitnya," cerita Indra Lubis mengenang.

Yang unik, sejak awal berdiri, PT ALS sudah mengatur anggaran untuk zakat dan amal dalam anggaran dasar perusahaan, jauh sebelum konsep CSR (Corporate Social Responsibility) populer di Indonesia.

"Indonesia baru memikirkan CSR lewat UU Nomor 40, sementara ALS sejak berdiri di tahun 60-an sudah memikirkan itu. Ada anggaran khusus untuk zakat dan amal yang wajib dilaksanakan," jelas Sahrul Nasution.

Tantangan dan Adaptasi di Era Modern

Perjalanan Legendaris PO ALS: Menghubungkan Nusantara Selama Lebih dari Lima Dekade
Bus ALS. [Foto: Instagram]

Seiring berjalannya waktu, PO ALS menghadapi berbagai tantangan, mulai dari persaingan bisnis, tuntutan profesionalisme, hingga pandemi COVID-19. Namun, perusahaan ini tetap berkomitmen untuk beradaptasi tanpa meninggalkan nilai-nilai dasarnya.

"Kita memang harus profesional dengan era yang semakin terbuka, namun tetap tidak meninggalkan kehangatan emosional dan kekeluargaan," tegas Efrizal Nursewan.

Salah satu langkah adaptasi adalah dengan memperbarui armada bus secara berkala. "Dulu, di tahun 97, kami punya komitmen bahwa usia kendaraan yang dioperasikan dibatasi. Untuk ekonomi 10 tahun, eksekutif 5 tahun. Setelah itu harus diganti baru," jelas Efrizal.

Meski sempat tertunda akibat krisis ekonomi dan pandemi, saat ini PO ALS kembali berbenah dengan memperbarui armadanya. "Menjelang 2020, kami mulai terus membenahi diri. Kami berkomitmen untuk merubah dan mereformasi unit dengan kondisi bisnis yang tidak semakin mudah," tambahnya.

Komitmen untuk Generasi Penerus

PO ALS terus berupaya mempersiapkan generasi penerusnya dengan menanamkan nilai-nilai yang sama. Anak-anak dari para petinggi ALS sudah mulai terlibat dalam operasional perusahaan, mempelajari seluk-beluk bisnis, dan memahami tantangan yang dihadapi.

"Untuk persiapan generasi penerus, kita pasti harus lakukan. Saya yakin anak-anak saya yang akan melanjutkan ini juga pasti punya komitmen sama dengan yang dibuat oleh orang tuanya dan para pendiri," ujar Efrizal optimis.

Sahrul Nasution menambahkan, "Prinsip dasar yang ditetapkan oleh para pendiri tetap menjadi acuan, namun disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kalau sekarang harus pakai digital, kita siap dengan itu."

Harapan untuk Masa Depan

Jajaran pimpinan PO ALS berharap agar perusahaan ini tetap menjadi pilihan utama masyarakat dalam transportasi darat. Mereka juga berharap agar industri transportasi darat mendapat perhatian lebih dari pemerintah.

"Kami ingin PO ALS tetap hadir di tengah dinamika apapun yang terjadi. Kami pasti selalu melakukan dan memberikan yang terbaik untuk para pengguna jasa transportasi darat," tegas Efrizal.

Indra Lubis menambahkan harapannya agar ada kerja sama antar perusahaan otobus. "Industri angkutan darat penumpang ini perlu bersatu menunjukkan eksistensinya bahwa ini memang dibutuhkan oleh negara. Kita perlu perekat di antara kita semua."

PO ALS, dengan sejarahnya yang panjang dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, terus berkomitmen untuk menghubungkan Nusantara melalui layanan transportasi darat yang aman, nyaman, dan terjangkau. Semboyan mereka "cepat, aman, lancar, sopan" menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Baca Juga

Kemenhub Panggil Pemilik PO ALS Pasca Kecelakaan di Padang Panjang
Kemenhub Panggil Pemilik PO ALS Pasca Kecelakaan di Padang Panjang
Urang Sumando dari Luar Suku: Mengurai Benang Kusut Pernikahan Campuran dalam Adat Minangkabau
Urang Sumando dari Luar Suku: Mengurai Benang Kusut Pernikahan Campuran dalam Adat Minangkabau
Menelusuri Silsilah Raja Minangkabau: Dari Adityawarman Hingga Era Padri
Menelusuri Silsilah Raja Minangkabau: Dari Adityawarman Hingga Era Padri
Bruno Gomes, penyerang baru Semen Padang FC asal Brasil, berpose dengan jersey nomor 17 setelah menandatangani kontrak
Penyerang Brasil Bruno Gomes Perkuat Lini Serang Semen Padang FC
Empat pemain Semen Padang FC yang dilepas di tengah kompetisi Liga 1 2024/2025, termasuk Miftah Anwar Sani yang kini bergabung dengan Madura United.
Semen Padang FC Lepas Empat Pemain di Tengah Kompetisi Liga 1
Satpol PP Padang mengamankan 21 muda-mudi dalam razia hotel di Kecamatan Padang Utara. Tindakan ini bagian dari upaya menjaga ketertiban umum dan mencegah penyalahgunaan fasilitas penginapan
21 Muda-Mudi Diciduk Pol PP saat Razia Hotel di Padang