Sejarah Kota Padang: Jejak Peradaban di Pemukiman Orang Nias

Sumbarkita.com - Sejarah Kota Padang: Jejak Peradaban di Pemukiman Orang Nias

Kawasan Muara Padang - Batang Arau sekitar tahun 1906. [Foto: KITLV]

Sumbarkita.com - Kota Padang, yang terletak di muara sungai Batang Arau, memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Salah satu aspek penting dari sejarah Kota Padang adalah keberadaan desa orang Nias di daerah ini. Desa ini merupakan cikal bakal Kota Padang dan memiliki peran strategis dalam perkembangan perdagangan di kawasan ini.

Asal Mula Desa Orang Nias di Muara Batang Arau

Sumbarkita.com - Sejarah Kota Padang: Jejak Peradaban di Pemukiman Orang Nias
Potret orang Nias di Padang. Foto diperkirakan diambil pada tahun 1865. [Foto: KITLV]

Desa orang Nias di muara Batang Arau diduga merupakan tempat pertama yang dihuni oleh para migran orang Nias. Pelaut-pelaut Eropa kemudian mulai membangun pos perdagangan di daerah ini karena lokasinya yang strategis dan terlindung dari lautan India.

Desa ini menjadi pusat kegiatan perdagangan yang berkembang pesat seiring waktu, dan kebutuhan akan bangunan yang lebih besar pun muncul. Sebagai akibatnya, desa orang Nias perlahan-lahan tergusur dan penduduknya pindah ke daerah kosong di belakangnya.

Para migran orang Nias ini tidak merasa dirugikan dengan kehadiran pos perdagangan Eropa, karena mereka juga mendapatkan pekerjaan di sana. Mereka secara tidak langsung turut berperan dalam pembangunan Kota Padang yang sedang terbentuk.

Penelusuran Asal-usul Kota Padang

Untuk memahami asal-usul Kota Padang yang sekarang, kita perlu melihat bagaimana orang-orang Eropa mulai mengambil alih wilayah ini. Awal okupasi orang-orang Eropa inilah yang dapat dijadikan sebagai titik awal untuk mengidentifikasi pembentukan Kota Padang di masa lalu.

Meskipun tanggal penyerangan penduduk Pauh dan Kota Tengah terhadap VOC pada 7 Agustus 1669 dianggap sebagai hari jadi Kota Padang, sejarah Kota Padang sebenarnya memiliki kisah yang lebih kompleks.

Perkembangan Perdagangan di Pantai Barat Sumatra

Pantai barat Sumatra telah dikenal sebagai pusat perdagangan sejak zaman pra sejarah Indonesia. Pelaut-pelaut dari India, Persia, Arab, dan Mesir melakukan kegiatan perdagangan di daerah ini sejak masa lampau.

Pelabuhan-pelabuhan penting di pantai barat Sumatra pada masa itu adalah Baros, Batahan, dan Pariaman. Pelabuhan-pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan dengan wilayah pedalaman seperti Angkola, Mandailing, dan Minangkabau.

Dalam perkembangan perdagangan Eropa, pelabuhan-pelabuhan ini digantikan oleh pelabuhan yang lebih besar seperti Sibolga, Natal, dan Padang.

Peta kuno dari tahun 1619 menunjukkan pelabuhan-pelabuhan ini dan hubungan perdagangan dengan pedalaman. Pelabuhan Padang kemudian menjadi pusat perdagangan VOC di pantai barat Sumatra.

Kekuasaan VOC di Pantai Barat Sumatra

Aktivitas perdagangan Belanda (VOC) di pantai barat Sumatra dapat dibagi menjadi empat periode. Periode pertama adalah saat VOC hanya melakukan perdagangan terbatas dengan komunitas di sekitar pantai, sekitar tahun 1615.

Periode kedua adalah saat Pantai Barat Sumatra diperluas menjadi bagian perdagangan VOC, sekitar tahun 1663. Periode ketiga adalah ketika penduduk Pantai Barat Sumatra menjadi sekutu VOC, hingga tahun 1666. Dan periode terakhir adalah ketika penduduk Pantai Barat Sumatra menjadi subyek VOC.

VOC mendirikan pos perdagangan di beberapa tempat di Pantai Barat Sumatra, termasuk di Baros, Natal, dan Singkel.

Namun, karena ada pemberontakan di daerah ini, VOC akhirnya meninggalkan wilayah tersebut. Inggris kemudian mengambil alih beberapa wilayah ini, termasuk Natal. Namun, pada tahun 1781, Belanda kembali mendapatkan kekuasaannya di pantai barat Sumatra.

Kedatangan Orang Eropa di Padang

Kedatangan orang Eropa di Padang dimulai pada tahun 1664, ketika pedagang VOC seperti Bitter, Poleman, dan Verspreet mulai beraktivitas di daerah ini.

Padang kemudian menjadi pusat perdagangan di pantai barat Sumatra. Pada tahun 1666, Belanda berhasil mengusir pasukan Atjeh dari Kota Padang.

Namun, kejadian ini tidak selaras dengan penobatan Kota Padang pada 7 Agustus 1669 sebagai hari jadi, yang merupakan hasil dari penyerangan penduduk Pauh dan Kota Tengah terhadap VOC.

Pergantian Kekuasaan di Pantai Barat Sumatra

Periode berikutnya di pantai barat Sumatra ditandai dengan pergantian kekuasaan antara Inggris, Perancis, dan Belanda.

Pada tahun 1755-1760, Inggris mengambil alih beberapa wilayah dari Belanda, termasuk Baros dan Natal. Namun, Belanda berhasil merebut kembali wilayah-wilayah ini pada tahun 1761, dan Inggris kemudian mengambil alih Bengkulu sebagai pusat kekuasaannya di pantai barat Sumatra.

Periode selanjutnya adalah ketika Belanda dan Inggris terlibat dalam perseteruan di pantai barat Sumatra.

Pada tahun 1781, Inggris berhasil mengambil alih kekuasaan di Pantai Barat Sumatra, tetapi pada tahun 1783, Belanda dan Inggris mencapai kesepakatan damai.

Properti di pantai barat Sumatra dikembalikan kepada Belanda, dan Inggris fokus pada pengembangan Bengkulu.

Perkembangan Kota Padang dan Desa Orang Nias

Dalam perkembangan Kota Padang, desa orang Nias memiliki peran penting. Kehadiran orang Nias di daerah ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan Kota Padang yang kita kenal sekarang.

Meskipun desa orang Nias perlahan tergusur oleh perkembangan perdagangan dan perkembangan kota, jejak peradaban mereka tetap ada dalam sejarah Kota Padang.

Dalam penelusuran asal-usul Kota Padang, terdapat sejumlah pemberontakan dan pergantian kekuasaan di pantai barat Sumatra.

Kekuasaan VOC, Inggris, dan Belanda saling bergantian di wilayah ini, mencerminkan kompleksitas sejarah Kota Padang. Namun, desa orang Nias tetap menjadi bagian tak terpisahkan dalam perkembangan Kota Padang.

Kesimpulan

Sejarah Kota Padang sangat terkait dengan jejak peradaban di pemukiman orang Nias. Tempat ini merupakan salah satu pendahulu Kota Padang dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam perkembangan perdagangan di pantai barat Sumatra. Melalui penelusuran sejarah, kita dapat memahami latar belakang dan perkembangan Kota Padang yang sekarang. Desa orang Nias adalah salah satu cermin dari kekayaan sejarah dan keberagaman budaya Kota Padang.

Baca Juga

Kadin Sumbar Desak Pemprov Libatkan Multipihak Susun RPJPD dan RTRW
Kadin Sumbar Desak Pemprov Libatkan Multipihak Susun RPJPD dan RTRW
Sumbarkita.com, Padang - Pemko Padang mendapatkan penghargaan kota peduli Hak Asasi Manusia (HAM) dari Kanwil Kemenkumham Sumatera Barat.
Dinilai Peduli HAM, Pemko Padang Diganjar Penghargaan
Sumbarkita.com, Bukittinggi - HHarga sembako hari ini, Selasa, 19 Desember 2023, di Bukittinggi masih relatif stabil.
Harga Sembako Hari Ini di Bukittinggi, Cabai Merah Keriting Turun Jauh
Sumbarkita.com, Padang - Pemerintah Kota Padang menggelar Operasi. Pasar Murah menjelang hari raya Natal dan tahun baru 2024. Wali Kota Padang, Hendri Septa mengatakan, pasar murah ini akan digelar di 11 kecamatan yang ada.
Pemko Padang Gelar Pasar Murah Jelang Natal dan Tahun, Harga di Bawah Pasar
Sumbarkita.com, Padang - Pemko Padang menyerahkan dana hibah penyelenggaraan Pilkada ke KPU Kota Padang senilai Rp18,4 miliar, Senin, 18 Desember 2023.
Tahap Pertama, Pemko Padang Serahkan Dana Hibah Pilkada Rp18 Miliar ke KPU
Sumbarkita.com, Padang - BPBD Kota Padang mencatat sembilan orang meninggal dunia karena hanyut dan tenggelam sejak Januari-November 2023.
9 Orang Tewas karena Hanyut di Padang Sepanjang Januari-November, 2 Tertimpa Pohon